Adjie Santosoputro (@adjiesanputro) 's Twitter Profile
Adjie Santosoputro

@adjiesanputro

I don’t pretend I’m more than I am. I'm just a regular guy and learning on being nothing | [email protected]

ID: 38394524

linkhttps://linktr.ee/adjiesantosoputro calendar_today07-05-2009 08:11:00

146,146K Tweet

285,285K Followers

2,2K Following

Adjie Santosoputro (@adjiesanputro) 's Twitter Profile Photo

Reaksi di twitter cenderung agresif, salah satunya karena: Emotional-mental exhaustion. Kelelahan jadi mudah marah. Sedikit aja ada yg hidupnya gak seperti hidupnya… langsung insecure, ngejudge itu salah / diam2 pingin. Atau ngejar engagement. Konten2 marah diminati netizen.

Adjie Santosoputro (@adjiesanputro) 's Twitter Profile Photo

Iya. Sangat FOMO, demi eksistensi, terus-terusan pingin lebih eksis lagi & lagi… pingin pengalaman yang wow… termasuk di alam maya… menandakan betapa enggak nyamannya kita dengan diri sendiri.

Adjie Santosoputro (@adjiesanputro) 's Twitter Profile Photo

Iya. Dan kalo apa yg di luar diri (barang, kekayaan, kekuasaan, jabatan, jumlah followers, penampilan, dsb) = identitas/citra dirinya… Seberapa berharga diri ditentukan oleh apa yang di luar diri… maka menandakan betapa miskinnya batin di dalam diri.

Adjie Santosoputro (@adjiesanputro) 's Twitter Profile Photo

“Pingin diam, mata terpejam, hening… tapi tiap gitu, pikiran langsung rame.” Justru itulah perlu pelan-pelan berlatih diam terpejam hening. Bukan bertujuan pikiran jadi enggak rame. Tapi hanya berjarak & mengamati pikiran yang rame itu. Enggak teridentifikasi sama pikiran.

Adjie Santosoputro (@adjiesanputro) 's Twitter Profile Photo

“Sebenarnya butuh diam hening biar gak marah-marah ke pasangan & anak, tapi banyak pikiran & kerjaan yg dirasa belum selesai.” Iya, perlu keberanian buat diam hening demi kesehatan diri sendiri. Karena itu pondasi biar apa yg kita lakukan sehat. Enggak berujung pada penyesalan.

Adjie Santosoputro (@adjiesanputro) 's Twitter Profile Photo

Iya. Tiap orang tua, dengan ukuran yg beda2, enggak bisa dihindari sepenuhnya, akan bikin batin anaknya terluka. Orang tua dengan keterkondisian batin akibat masa lalunya, cenderung pingin mengendalikan anaknya. Anak cuma jadi cerminan ambisi & ketakutan orang tuanya.

Adjie Santosoputro (@adjiesanputro) 's Twitter Profile Photo

Siapa tau ada yang mau-maunya ikut nongkrong bareng saya, ngobrolin hal-hal yang enggak serius, santai aja wawiwu. 21 September, jam 15.30 di Jakarta. Yang bisa ikut enggak banyak ya. Link daftar: wa.link/nxtggn

Siapa tau ada yang mau-maunya ikut nongkrong bareng saya, ngobrolin hal-hal yang enggak serius, santai aja wawiwu.

21 September, jam 15.30 di Jakarta. Yang bisa ikut enggak banyak ya. Link daftar: wa.link/nxtggn
Adjie Santosoputro (@adjiesanputro) 's Twitter Profile Photo

Sebagian manusia emang diajari, sehingga terbiasa untuk merasa terganggu, bahkan membenci manusia lainnya. Terutama manusia: 1. yang berbeda 2. yang berbeda & sebenarnya dia pingin begitu tapi enggak bisa. Itu dirasa ancaman buat ego-keakuannya.

Adjie Santosoputro (@adjiesanputro) 's Twitter Profile Photo

Dari dulu, banyak yang ngajarin cinta. Akibatnya manusia mencintai itu cintanya malah udah cenderung dibuat-buat, enggak alami. Bahkan itu udah bukan cinta lagi, tapi nafsu memiliki, attachment-kemelekatan, membesarnya ego-keakuan. Itu justru melahirkan banyak kebencian.

Adjie Santosoputro (@adjiesanputro) 's Twitter Profile Photo

Betapa serakahnya penguasa pejabat yang menginginkan kekayaan, menandakan betapa miskinnya batin di dalam. Makin mewah kekayaan yang dipamerkan ke luar, makin miskin kondisi batin di dalam.

Adjie Santosoputro (@adjiesanputro) 's Twitter Profile Photo

Saran: Jangan tergesa ngejudge orang lain NPD (Narcissistic personality disorder) ya. Karena tergesa ngejudge, labeling, bisa jadi itu ekspresi ego-keakuan merasa selalu benar & paling benar. Makin ngejudge, labeling, justru bisa berpotensi bikin sulit terbebas dari itu.

Adjie Santosoputro (@adjiesanputro) 's Twitter Profile Photo

Kalo kamu menyadari ego… maka level kesadaranmu bisa naik, bahkan kamu bisa mengalami pencerahan. Tapi kalo kamu merasa bahkan mengklaim kesadaranmu naik, “aku mengalami pencerahan”… maka kamu kembali terjebak dalam ego.

Kalo kamu menyadari ego… maka level kesadaranmu bisa naik, bahkan kamu bisa mengalami pencerahan.

Tapi kalo kamu merasa bahkan mengklaim kesadaranmu naik, “aku mengalami pencerahan”… maka kamu kembali terjebak dalam ego.